Kabupaten Gayo Lues adalah salah satu kabupaten di provinsi Aceh, Indonesia dan merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Tenggara dengan Dasar Hukum UU No.4 Tahun 2002 pada tanggal 10 April 2002. Kabupaten ini berada di gugusan pegunungan Bukit Barisan, sebagian besar wilayahnya merupakan area Taman Nasional Gunung Leuser yang telah dicanangkan sebagai warisan dunia. Kabupaten ini merupakan kabupaten yang paling terisolasi di Aceh.
Pada mulanya daerah Gayo dan Alas membentuk pemerintahan sendiri terpisah dari Kab Aceh Tengah, maka terbentuklah Kab. Aceh Tenggara (UU No. 4/1974) namun karena kesulitan transportasi daerah Gayo ingin membentuk kabupaten tersendiri maka terbentuklah Kabupaten Gayo Lues (UU No. 4/2002) dengan ibukota Blangkejeren dan Penjabat Bupati ditetapkan Ir. Muhammad Ali Kasim, M.M.
Geografi
Gayo Lues memilki luas wilayah 5.719 km2 dan terletak pada koordinat 3°40'46,13" - 4°16'50,45" LU 96°43'15,65" - 97°55'24,29" BT.
Transportasi
Rencana pembangunan Jalur Ladia Galaska (Samudera Indonesia, Gayo, Alas, dan Selat Malaka) yang menghubungkan Samudera Indonesia dengan Selat Malaka sangat diharapkan dapat memperbaiki tingkat perekonomian masyarakat Gayo Lues. Saat ini, lalu lintas dari Blangkejeren, pusat pemerintahan kabupaten, ke Banda Aceh harus melalui Medan, Sumatera Utara. Meskipun demikian, rencana ini banyak ditentang oleh kalangan pelestari lingkungan hidup karena memotong zona utama taman nasional.
Gayo Lues kemudian dikenal dengan nama Negeri Seribu Bukit. Nama ini ditabalkan dan dipopulerkan oleh Mohsa El Ramadan, wartawan senior, Pemimpin Redaksi Koran Rajapost Banda Aceh, dan editor buku Memadamkan Bara di atas Ladia Galaska. Buku yang ditulis oleh Muhammad Alikasim Kemaladerna ini adalah sebuah solusi penyelesaian konflik pembangunan jalan Ladia Galaska antara pemerintah dan pemerhati lingkungan di Aceh.
Suku
Mayoritas penduduk Gayo Lues berasal dari etnik Gayo. Bermukim pula di sana warga dari suku Aceh, Alas, Minang, dan Jawa serta Batak
Pemerintahan
Daerah Gayo Lues mencakup 57 persen dari wilayah lama Aceh Tenggara, dan dibagi menjadi 11 (sebelas) kecamatan dengan perincian sebagai berikut:
* Blang Kejeren
* Kuta Panjang
* Pining
* Rikit Gaib
* Terangon
* Putri Betung
* Blang Pegayon
* Debun Gelang
* Blang Jerango
* Tripe Jaya
* Pantan Cuaca
Potensi Daerah
Kabupaten yang berpenduduk kebanyakan Suku Gayo ini sedang berbenah diri untuk mengejar ketertinggalannya dalam pembangunan. Potensi pertanian menjadi prioritas utama pengembangan.
Pertambangan
* Timah di Kecamatan Pining
* Emas di Kecamatan Putri Betung
Komoditas pertanian
Beberapa komoditas potensial yang dimiliki kabupaten ini adalah:
* Cabe merah besar
* Serai wangi, yang dikembangkan di hutan pinus
* Nilam, di kawasan transmigrasi Terangon
* Tembakau virginia
* Kakao
* Kopi Arabika
Pariwisata
* Pemandian air panas Gumpang
* Air terjun Akang siwah
* Wisata alam Blang Serai
Seni Budaya
* Tari Saman
* Tari Bines
* Didong
* Dabus
Referensi
1. ^ http://www.gayolueskab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=65&Itemid=96
2. ^ http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Gayo_Lues
Pada mulanya daerah Gayo dan Alas membentuk pemerintahan sendiri terpisah dari Kab Aceh Tengah, maka terbentuklah Kab. Aceh Tenggara (UU No. 4/1974) namun karena kesulitan transportasi daerah Gayo ingin membentuk kabupaten tersendiri maka terbentuklah Kabupaten Gayo Lues (UU No. 4/2002) dengan ibukota Blangkejeren dan Penjabat Bupati ditetapkan Ir. Muhammad Ali Kasim, M.M.
Geografi
Gayo Lues memilki luas wilayah 5.719 km2 dan terletak pada koordinat 3°40'46,13" - 4°16'50,45" LU 96°43'15,65" - 97°55'24,29" BT.
Transportasi
Rencana pembangunan Jalur Ladia Galaska (Samudera Indonesia, Gayo, Alas, dan Selat Malaka) yang menghubungkan Samudera Indonesia dengan Selat Malaka sangat diharapkan dapat memperbaiki tingkat perekonomian masyarakat Gayo Lues. Saat ini, lalu lintas dari Blangkejeren, pusat pemerintahan kabupaten, ke Banda Aceh harus melalui Medan, Sumatera Utara. Meskipun demikian, rencana ini banyak ditentang oleh kalangan pelestari lingkungan hidup karena memotong zona utama taman nasional.
Gayo Lues kemudian dikenal dengan nama Negeri Seribu Bukit. Nama ini ditabalkan dan dipopulerkan oleh Mohsa El Ramadan, wartawan senior, Pemimpin Redaksi Koran Rajapost Banda Aceh, dan editor buku Memadamkan Bara di atas Ladia Galaska. Buku yang ditulis oleh Muhammad Alikasim Kemaladerna ini adalah sebuah solusi penyelesaian konflik pembangunan jalan Ladia Galaska antara pemerintah dan pemerhati lingkungan di Aceh.
Suku
Mayoritas penduduk Gayo Lues berasal dari etnik Gayo. Bermukim pula di sana warga dari suku Aceh, Alas, Minang, dan Jawa serta Batak
Pemerintahan
Daerah Gayo Lues mencakup 57 persen dari wilayah lama Aceh Tenggara, dan dibagi menjadi 11 (sebelas) kecamatan dengan perincian sebagai berikut:
* Blang Kejeren
* Kuta Panjang
* Pining
* Rikit Gaib
* Terangon
* Putri Betung
* Blang Pegayon
* Debun Gelang
* Blang Jerango
* Tripe Jaya
* Pantan Cuaca
Potensi Daerah
Kabupaten yang berpenduduk kebanyakan Suku Gayo ini sedang berbenah diri untuk mengejar ketertinggalannya dalam pembangunan. Potensi pertanian menjadi prioritas utama pengembangan.
Pertambangan
* Timah di Kecamatan Pining
* Emas di Kecamatan Putri Betung
Komoditas pertanian
Beberapa komoditas potensial yang dimiliki kabupaten ini adalah:
* Cabe merah besar
* Serai wangi, yang dikembangkan di hutan pinus
* Nilam, di kawasan transmigrasi Terangon
* Tembakau virginia
* Kakao
* Kopi Arabika
Pariwisata
* Pemandian air panas Gumpang
* Air terjun Akang siwah
* Wisata alam Blang Serai
Seni Budaya
* Tari Saman
* Tari Bines
* Didong
* Dabus
Referensi
1. ^ http://www.gayolueskab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=65&Itemid=96
2. ^ http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Gayo_Lues